
Berita Otomotif dan Dunia Balap – Awan Gelap Penjualan mobil di Indonesia di prediksi tidak akan mencapai target yang di tetapkan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk tahun 2025. Pakar otomotif dari LPEM FEB UI. Riyanto, mengungkapkan bahwa berdasarkan tren penjualan kuartalan, angka penjualan mobil tahun ini kemungkinan hanya akan mencapai sekitar 756.000 unit. Padahal, Gaikindo sebelumnya menetapkan target penjualan sebanyak 850.000 unit kendaraan roda empat atau lebih.
“Perkiraan saya sekitar 756.000 unit. Itu perhitungan sederhana berdasarkan tren kuartal. Kalau ada kebijakan di tengah tahun, mungkin bisa naik,” ujar Riyanto dalam pernyataannya di Jakarta.
Jika di bandingkan dengan data tahun 2024, di mana Gaikindo mencatat total penjualan mencapai 865.723 unit, maka prediksi untuk tahun ini menunjukkan penurunan signifikan di industri otomotif nasional.
Pajak Daerah Jadi Penghambat?
Salah satu faktor utama yang menjadi penyebab turunnya penjualan. menurut Riyanto, adalah kebijakan pajak tambahan atau opsen yang di berlakukan di beberapa wilayah. Daerah seperti Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur telah memberlakukan kebijakan ini. Yang di anggap turut menekan daya beli masyarakat.
“Pajak tambahan ini secara langsung mempengaruhi harga kendaraan dan pada akhirnya membuat masyarakat berpikir dua kali untuk membeli mobil baru,” jelasnya.
Daya Beli dan Pertumbuhan Ekonomi Jadi Sorotan
Selain faktor kebijakan fiskal, melemahnya daya beli masyarakat serta pertumbuhan ekonomi yang belum sesuai harapan turut memengaruhi lesunya pasar otomotif. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2025 hanya mencapai 4,7 persen, jauh dari target 5,2 persen.
Kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya membuat masyarakat cenderung menahan pengeluaran untuk barang-barang konsumtif jangka panjang seperti kendaraan bermotor. “Ketika ekonomi lesu, pengeluaran besar seperti pembelian mobil biasanya di tunda,” tambah Riyanto.
Dampak Lebih Luas: Efisiensi hingga PHK
Lesunya penjualan mobil tak hanya berdampak pada angka penjualan saja, tetapi juga berpotensi memengaruhi kapasitas produksi industri otomotif. Bila angka penjualan stagnan atau turun drastis, maka kapasitas produksi pabrik tidak terpakai maksimal.
“Kalau penjualan stagnan, kapasitas industri tidak terpakai maksimal. Biaya operasional jadi tak tertutupi dan efisiensi terpaksa di lakukan,” jelas Riyanto. Mengisyaratkan potensi terjadinya pengurangan jam kerja hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor ini.
Angka Penjualan Awal Tahun 2025: Tanda Awal Kelesuan
Gaikindo sendiri melaporkan bahwa penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesales) pada periode Januari hingga April 2025 hanya mencapai 256.368 unit, turun sebesar 2,9 persen di bandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 264.104 unit. Penurunan ini menjadi sinyal awal bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang berat bagi industri otomotif Tanah Air.
Harapan Baru atau Jalan Terjal?
Meski situasi saat ini tampak menantang, masih ada harapan. Riyanto menyebut, jika ada intervensi kebijakan positif di pertengahan tahun, seperti insentif fiskal atau stimulus ekonomi, maka angka penjualan mungkin bisa meningkat. Namun, tanpa dukungan konkret dari pemerintah dan perbaikan kondisi ekonomi, industri otomotif Indonesia tampaknya harus bersiap menghadapi jalan terjal di sisa tahun 2025.
Sumber :Kompas.com